“Ular.. ular.. ular…,”
teriak bocah laki-laki berumur 5 tahun bernama Ran di depan rumahnya. Seorang
bocah perempuan, yang sering dipanggil Ran sebagai Pipink pun berteriak
penasaran, “Mana? Mana?”
Ran menunjuk pada
rerumputan lebat di depan rumah Pipink. Maklum, rumah pipink baru dibangun
tahun lalu di desa kecil yang berpenghuni 12 kepala keluarga sehingga depan
rumahnya masih dipenuhi rumput lebat dan gundukan pasir bekas bangunan rumah.
Pipink pun ketakutan dan berteriak kencang memanggil ibunya, “Ibu.. ibu.. keluar..
ada ular di depan rumah. Jemput aku, bu!”
“Mana ibumu, Pink?” Tanya
Ran penasaran. Pipink menjawab dengan wajah pucat dan suara lirih, “Aku gak
tahu. Gimana ini?” “Kita tunggu di sini saja, sampai ibumu menjemputmu. Oke?” Ran menenangkan Pipink. “He em,” jawab
Pipink.


Langit di atas dua
bocah itu mendung dengan dipenuhi awan hitam. Udara di sore hari itu pun makin
dingin. Hujan rintik-rintik turun mengguyur
pohon-pohon, tanah, rumah, sampai kepala sepasang bocah. Pipink
berteriak, “Wah, hujan!”
Suara langkah yang
tergopoh-gopoh dating dari dalam rumah Ran. Terlihat sosok pengasuh Ran datang,
“Ran ayo masuk rumah. Hujan turun, nanti kamu basah dan bisa sakit.” Ran pun
memandang Pipink dengan tidak tega. Pipink pun terus memandang rumahnya. Dia
tidak berani pulang ke rumah karena takut ada ular di depan rumahnya.
“Aku temani,” kata Ran pada Pipink. Ran
menaroh dua tangannya di atas kepala. Pipink hanya berdiam diri dan tak berkata
apapun. Pengasuh Ran terus membujuk Ran untuk masuk rumah. Rintik hujan semakin
deras. Pipink merasa bersalah karena Ran juga kehujanan untuk menemaninya.
Padahal Ran bisa saja masuk rumah dan berteduh, meninggalkan Pipink di luar
kehujanan karena tak berani masuk rumah. Akan tetapi, Ran lebih memilih menemani
Pipink di tengah guyuran hujan. Ran menjadi teman Pipink di dalam hujan.
“Pink.. ayo masuk,
hujan deras,” tiba-tiba ibu Pipink berteriak dari rumah Pipink. Pipink pun
menoleh ke rumah dengan perasaan lega. Pipink dan Ran saling memandang lega.
Mereka berbalik dan lari kencang menuju rumah masing-masing. Pipink lari dengan
mengabaikan rasa takut ada ular. Pipink mengabaikan rasa takunya supaya Ran
dapat masuk ke rumahnya sehingga tidak kehujanan. Demi sobatnya, Ran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar